BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
Oleh : Arman B*
I.
Pendahuluan
Tahapan perkembangan
kehidupan seorang anak manusia selalu ditandai dengan perubahan. Perubahan
tersebut menjadi sebuah keniscayaan. Perubahan dari sesuatu yang tidak ada dalam
dirinya menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak terampil menjadi terampil dan lain sebagainya. Perubahan yang
terjadi dalam diri manusia ini tidak terlepaskan dengan proses belajar dan
pembelajaran yang dialaminya.
Belajar dan
pembelajaran berlangsung dalam seluruh tahap perkembangan kehidupan seseorang
sepanjang hayatnya dalam semua lingkungan pengalaman hidupnya. Manusia tumbuh
dan berkembang melalui proses belajar yang diikutinya baik secara sadar maupun
tidak. Proses belajar ini bahkan sudah dimulai semenjak manusia belum berbentuk
sebagai manusia, yaitu ketika masih dalam bentuk spermatozoa yang berusaha
untuk mempertahankan eksistensinya ditengah 200-600 juta spermatozoa lainnya
yang berusaha untuk survive menembus ovum untuk kemudian menjadi cikal bakal
manusia yang mendiami rahim.
Intinya,
persoalan belajar dan pembelajaran merupakan eksistensi manusia sepanjang masa.
Dengan demikian, belajar dan pembelajaran merupakan hal yang tak terpisahkan
dari kehidupan manusia. Lalu, apa makna dari belajar dan pembelajaran itu
sendiri. Tulisan ini mencoba untuk mengungkap tentang pengertian, hakikat,
ciri-ciri dan tujuan dari belajar dan pembelajaran.
II.
Belajar
dan pembelajaran
A.
Pengertian
belajar dan pembelajaran
1.
Belajar
Secara
sederhana, belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh
ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan).[1]
Belajar adalah sesuatu yang menarik karena sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial manusia selalu berusaha mengetahui sesuatu yang berada dalam lingkungannya untuk
menunjukkan eksistensi kemanusiaannya.
Menurut
Tjatjo Thaha,[2]
Perkembangan manusia adalah hasil dari
proses belajar yang pernah dialaminya. Oleh karena itu persoalan belajar adalah
persoalan manusia sepanjang masa. Sejak manusia lahir, pada masa kanak-kanak
mulai belajar untuk memperoleh pengalaman, seperti belajar merangkak, meniru
kata-kata ibunya, dan lain sebagainya. Dia besar karena belajar, walaupun
bertambah besarnya fisik seseorang itu dapat juga terjadi karena kematangan,
namun pada prinsipnya manusia adalah makhluk belajar.
Namun
menurut penulis, definisi ini kurang dapat diterima secara universal karena
ternyata manusia itu sudah mulai belajar bahkan ketika masih berbentuk
spermatozoa yang belajar berusaha untuk mempertahankan eksistensinya ditengah
200-600 juta spermatozoa lainnya yang berjuang untuk survive menembus ovum
untuk kemudian menjadi cikal bakal manusia yang mendiami rahim. Banyak
diantaranya yang gugur ditengah jalan dan uniknya hanya satu atau dua sperma
yang berhasil finish mencapai ovum dan terjadi konsepsi, sementara yang lain
mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah dibuahi. Berikut beberapa
definisi lain tentang belajar.
Menurut
Kimble,[3]
belajar adalah sebagai bentuk perubahan yang relatif permanen didalam
behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat
reinforced practice (praktik yang diperkuat). Teori ini menyatakan bahwa ukuran
dari proses belajar itu adalah perubahan perilaku, dengan kata lain bahwa setelah
melewati proses belajar maka learner (pembelajar) harus menerjemahkan hasil
belajarnya dengan perilaku yang berbeda saat ia belum belajar dengan perilaku
baru yang dapat diamati. Perubahan ini hanya sementara dan tidak menetap serta
tidak selalu terjadi secara langsung ketika proses belajar selesai. Perubahan
ini berasal dari pengalaman yang harus diperkuat secara berulang-ulang.
Sedangkan
menurut Gredler,[4]
belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan
sikap. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar adalah usaha orang untuk
mengetahui suatu kecakapan tertentu sehingga menjadikannya terampil dalam
melakukannya yang pada akhirnya dapat merubah sikapnya dalam mengerjakan
sesuatu. Teori ini menitikberatkan pada perubahan sikap seseorang akan
kecakapan dalam hal tertentu yang diakibatkan oleh proses belajar itu.
Berdasarkan
teori diatas, secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas atau proses memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku akibat interaksi individu
dengan lingkungannya. Perubahan prilaku ini ada yang nampak dan bisa diamati
atau yang disebut behavioral performance (penampilan) dan adapula yang
tidak bisa diamati yang disebut behavioral tendency (kecendrungan prilaku).
Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang
tidak dapat dilakukan sebelumnya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku dapat
dikategorikan sebagai hasil belajar, karena beberapa perubahan perilaku terjadi
bukan karena proses belajar tetapi karena kematangan (maturation) atau
hal-hal lain seperti kelelahan, penyakit, pengaruh alkohol dan lain sebagainya.
2.
Pembelajaran
Belajar
merupakan peningkatan dan perubahan kemampuan kognitif, apektif, dan psikomotorik
kearah yang lebih baik lagi. Keberhasilan belajar siswa merupakan akibat dari
tindakan dari sebuah pembelajaran yang tidak lepas dari peran aktif guru dan
siswa itu sendiri dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Pembelajaran
pada dasarnya membahas tentang pertanyaan apa, siapa, mengapa, bagaimana, dan
seberapa baik tentang pembelajaran. Apa berkaitan dengan isi atau materi
pembelajaran, siapa berkaitan dengan guru dan siswa sebagai objek
pembelajaran, mengapa berkaitan dengan berkaitan dengan alasan
pelaksanaan pembelajaran, bagaimana berkaitan dengan cara pelaksanaan
pembelajaran untuk hasil yang lebih baik meliputi bagaimana strategi, metode,
dan tekhnik pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk belajar lebih baik, seberapa
baik berkaitan penilaian proses pembelajaran, yaitu sejauh mana siswa
belajar dan guru mengajar.
Menurut Miarso,[5]
Pembelajaran adalah usaha pendidikan
yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu sebelum proses itu dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.
Sementara itu menurut Sumiati,[6]
bahwa pembelajaran adalah sebuah proses yang kompleks (rumit), namun dengan
maksud yang sama, yaitu memberi pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan
tujuan yang telah dicanangkan sebelumnya yang merupakan acuan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran.
Proses
pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal yang melibatkan tiga
komponen vital dalam pembelajaran, yaitu guru, siswa dan isi atau materi
pembelajaran yang harus berjalan secara sinergis. hal terpenting dari proses
pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). Hal
ini sesuai dengan teori berikut.
Pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh
pengetahuan , keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai
sumber untuk belajar.[7]
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan
secara terorganisir, terarah dan terencana sebelum proses dilaksanakan dengan
melibatkan komponen-komponen pembelajaran secara bersinergi dan dengan
target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaran yang dapat membuat
siswa belajar dengan sendiri.
B.
Hakikat
belajar dan pembelajaran
Istilah
“belajar” dan “pembelajaran” pada hakikatnya adalah dua istilah
yang saling melengkapi, sehingga bisa saja digunakan istilah ”belajar
pembelajaran” tanpa diantarai dengan kata penghubung ”dan”. Belajar, merupakan
suatu aktivitas atau proses memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perubahan
perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya, sedangakan Pembelajaran,
adalah memenej dan mengorganisir serta mengoptimalkan segala sumber daya
belajar yang dimiliki yang melahirkan suatu proses belajar sehingga dapat
tercapainya tujuan yang telah dicanangkan sebelumnya.
Menurut
Slameto,[8]
bahwa belajar suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman yang dialaminya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sedangkan menurut Hilgard & Bower,[9]
bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap
suatu situasi tertentu yang disesabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang.
Dalam
belajar yang terpenting adalah proses yang terjadi bukan hasil yang diperoleh.
Artinya bahwa hasil perubahan perilaku dari belajar itu harus dilakukan dari
usaha sendiri, adapun orang lain yang terlibat hanyalah sebagai perantara atau
penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.[10]
Ketika seorang anak juara lomba memasak tetapi dilakukan dengan praktek
kecurangan maka ini tidak dapat dikatakan sebagai belajar karena hasil dari
belajar haruslah perubahan perilaku kearah yang lebih konstruktif.
Menurut
Umar Shihab,[11] bahwa dasar pemikiran yang menggambarkan
harapan atau tujuan dari setiap bentuk dari belajar tersebut mestilah sejalan
dengan tujuan Al-qur’an, yakni mengadakan perubahan-perubahan postif dalam
masyarakat, sesuai dengan gambaran Al-qur’an dalam surah Ibrahim ayat 1:
الر.كـتاب أنزلـنه إلـيك لـتخـرج الـناس من الظـلـمات إلى الـنـوربـإذن
ربــهم إلى صراط العـزيزالحـميـد.
“Ini
adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa
lagi Maha Terpuji” (Qs. Ibrahim: 1)
Jadi pada hakekatnya, belajar adalah segala proses atau usaha yang
dilakukan secara sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integrativ untuk
menciptakan perubahan-perubahan dalam diri seorang pembelajar menuju kearah
kesempurnaan hidup. Secara garis besar, proses belajar melewati tiga tahapan
pokok, yaitu adanya adanya rangsangan, lahirnya perilaku positif konstruktif
dan adanya penguatan. Dengan demikian seseorang dapat dikatakan telah belajar
ketika telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Sementara menurut Joice Brush,[12]
hakikat pembelajaran merupakan proses yang kompleks (rumit), namun
keanekaragaman prosesnya memberikan pengalaman belajar kepada siswa sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai sebenarnya yang merupakan acuan dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran itu. Dari pengertian akan hakekat belajar tersebut,
dapat dikatakan bahwa hakekat pembelajaran adalah bagaimana menghasilkan
belajar, yaitu bagaimana menciptakan, mengefektifkan dan merancang sedemikian
rupa situasi belajar bagi siswa sehingga menghasilkan proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang telah dicanangkan.
C.
Ciri-ciri
belajar dan pembelajaran
1.
Ciri-ciri
belajar
Menurut
teori kognitif,[13]
ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:
a.
Mementingkan
apa yang ada pada diri sipelajar.
b.
Mementingkan
keseluruhan (wholistik).
c.
Mementingkan
peranan fungsi kognitif.
d.
Mementingkan
keseimbangan dalam diri.
e.
Mementingkan
kondisi pada waktu sekarang.
f.
Mementingkan
pembentukan struktur kognitif.
g.
Pemecahan
masalah dilakukan berdasar “insight”.
Sedangkan
menurut Siregar,[14]
cirri-ciri belajar adalah sebagai berikut:
·
Adanya
kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat
kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), maupun afektif (nilai dan
sikap).
·
Perubahan itu
tidak berlangsung sesaat saja, tetapi menetap dan dapat disimpan.
·
Perubahan
terjadi karena adanya usaha dan akibat dari interkasi dengan lingkungan.
·
Perubahan tidak
semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, kelelahan,
penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Menurut
penulis, perubahan perilaku menjadi kata kunci dari proses belajar. Perubahan
ini dapat dikatakan sebagai hasil dari belajar jika memenuhi beberapa ciri yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pertama,
belajar sifatnya disadari, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya sedang
belajar, timbul motivasi untuk memiliki pengetahuan yang diharapkan sehingga dengan
tahapan-tahapan yang dilaluinya sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen
(retensi) betul-betul disadarinya.
Kedua, hasil
belajar diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini pengetahuan diperoleh
tidak secara spontanitas, instan namun bertahap (sequensal). Seorang
programmer handal tentunya tidak diperoleh dalam waktu sesaat tetapi bertahap,
diawali dengan belajar memegang mouse, mengetik, algoritma, pemrograman dan
lain sebagainya.
Ketiga, belajar
membutuhkan interaksi, khususnya interaksi yang bersifat manusiawi. Seorang
siswa akan lebih cepat memahami sesuatu dengan berinteraksi dengan lingkungan dan
bantuan dari guru. Dalam hal ini, akan terjadi komunikasi dua arah antara guru
dan siswa atau sebaliknya.
Keempat, perubahan
dari hasil belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian
tertentu secara parsial.
2.
Ciri-ciri
pembelajaran
Adapun
ciri-ciri pembelajaran menurut Fathurrohman,[15]
adalah sebagai berikut:
1.
Memiliki
tujuan.
2.
Terdapat
mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan tekhnik yang direncanakan dan
didesain untuk mencapai tujuan.
3.
Focus
materi jelas, terarah dan terencana dengan baik.
4.
Adanya
aktivitas anak didik yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar.
5.
Actor
guru yang cermat dan tepat
6.
Terdapat
pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing.
7.
Limit
waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8.
Evaluasi,
baik evaluasi proses maupun evaluasi produk.
Dari
teori tersebut ciri pembelajaran dapat dikelompok menjadi empat komponen besar
yaitu:
Pertama,
pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja dilaksanakan
untuk mendapatkan proses belajar yang lebih baik.
Kedua,
pembelajaran harus dapat membuat siswa belajar sehingga proses
belajar dapat berlangsung dengan
mengaktifkan keterlibatan siswa sehingga tanpa kehadiran gurupun siswa tetap
dapat belajar.
Ketiga
tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan proses. Tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan menjadikan proses belajar dapat berjalan
sesuai rencana dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada.
Keempat,
pelaksanaannya terkendali, baik isi atau materi, waktu, proses maupun
hasilnya sehingga memungkinkan untuk dilakukan evaluasi.
D.
Tujuan
belajar dan pembelajaran
1.
Tujuan belajar
Tujuan belajar
adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan
belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan
belajar adalah suatu deskripsi mengenai
tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Tujuan belajar merupakan cara yang akurat
untuk menentukan hasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran (instructional goals) dan
tujuan belajar (learning objectives) berbeda, namun berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya.
Belajar dapat
terjadi dimana saja dan kapan saja, tidak harus dalam kondisi formal dalam
kelas, tetapi dapat secara informal, dan nonformal. Siswa dapat belajar dari
alam sekitar atau dari peristiwa sehari-hari. Oleh karena itu pada hakikatnya
belajar bertujuan untuk memperoleh hikmah belajar (lesson learned).
Hikmah pembelajaran didefinisikan sebagai pengetahuan atau pemahaman yang
diperoleh melalui pengalaman yang dikembangkan melalui saling berbagi, sehingga
memberikan keuntungan bagi yang lain. Dalam kaitan mendapatkan hikmah itu ada
tahapan yang harus dilalaui oleh siswa yang terdiri dari (1). learn (belajar).
(2). Unlearn, yaitu mencoba melupakan suatu ingatan atau pengetahuan
yang semula dipelajari seperti kebiasaan lama, dan tidak perlu lagi
memikirkannya, biarlah yang lalu tetap berlalu, lets bygones be bygones.
(3). Relearn, yaitu mempelajari kembali, seperti halnya telah lupa atau
mengabaikannya.[16]
2.
Tujuan
pembelajaran
Robert F. Mager,[17]
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau
yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu
setelah melewati proses belajar. Lebih lanjut Kemp dan David E. Kapel[18]
menyatakan bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk
tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran
seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
Dari definisi
tersebut penulis berkesimpulan bahwa tujuan pembelajaran adalah deskripsi
tentang penampilan perilaku (performance) siswa yang diharapkan terjadi
setelah melewati proses belajar. Tujuan ini menunjukkan hasil yang diharapkan,
bukan sekedar proses yang berlangsung dan merupakan deskripsi nyata dan terarah
yang tertuang dalam tulisan. Tujuan itu sendiri bersifat deduktif, yakni dari
jenjang terluas sampai pada yang paling sempit dan setiap poin memiliki
hubungan yang jelas karena apabila tujuan terendah tidak tercapai maka tujuan
diatasnya tidak tercapai pula, karena tujuan berikutnya merupakan turunan dari
tujuan sebelumnya.
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran
adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang
hendak dicapai, dan dikembangkan serta diapresiasi. Berdasarkan mata
ajaran yang ada dalam petunjuk
kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pembelajaran yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para
siswa, dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pembelajaran yang bermakna, dan dapat terukur.
III. Kesimpulan
Belajar dan
pembelajaran merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan yang merupakan
rangkaian aktivitas dan proses yang dialami siswa yang berorientasi pada
perubahan perilaku secara menetap dalam dirinya. Keberhasilan dari proses
belajar itu sendiri ditentukan oleh pelaksanaan proses pembelajaran secara
terorganisir dan terarah sebelum proses belajar itu dilaksanakan yang
memungkinkan siswa dapat belajar dengan sendirinya.
Belajar pada hakikatnya dapat dilihat pada perubahan perilaku
setelah mengalami proses belajar sementara pembelajaran pada hakikatnya ialah
bagaimana menghasilkan situasi belajar, yaitu bagaimana menciptakan,
mengefektifkan dan merancang sedemikian rupa situasi belajar bagi siswa
sehingga menghasilkan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah
dicanangkan.
Adapun
ciri-ciri belajar ialah kesadaran seorang pembelajaran akan situasi belajar
yang dihadapinya yang memungkinkannya melewati proses belajar secara bertahap
melalui interaksi dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan perilaku secara
menyeluruh dalam dirinya. Sementara ciri pembelajaran adalah keterlibatan siswa
secara aktif dan sadar dalam melakukan proses belajar yang dihadapi dengan
memanfaatkan sumber belajar yang ada dan dilaksanakan secara terkendali dan
terorganisir demi mencapai tujuan yang telah dicanangkan.
Tujuan belajar adalah
suatu deskripsi mengenai tingkah laku
yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Tujuan ini
merupakan cara yang akurat
untuk menentukan hasil pembelajaran. Sementara tujuan pembelajaran dapat dilihat dari
penampilan perilaku siswa setelah melewati proses belajar dan merupakan
deskripsi nyata dan terarah yang tertuang dalam tulisan dengan mempertimbangkan
kebutuhan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran.
*Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana STAIN Datokarama Palu.
[2] Tjatjo Thaha, Bimbingan
& konseling dan belajar & pembelajaran di Perguruan Tinggi (Palu:
Untad Press, 2003), 171-172.
[3] Dikutip dalam B.R. Hergenhahn and Matthew H. Olson, Theories Of
Learning (Teori Belajar) (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 2.
[5] Dikutip dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori
Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 12.
[8]
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), 2.
[9]
Dikutip dari Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi
Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2010), 6.
[10] Ibid.,
6.
[12]
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, 3.
[13]
Dikutip dalam Thaha, Bimbingan dan Konseling, 186
[15]
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, 11.
[16]
Suyono dan Hatiyanto, Belajar dan Pembelajaran, 15.
[17] Dikutip dari Akhmad Sudrajat, “Tujuan Pembelajaran sebagai Komponen
Penting dalam Pembelajaran,” 30 September 2009, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuan-pembelajaran-sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran/ (diakses 4 mei 2012)
[18] Ibid.,____
Tidak ada komentar:
Posting Komentar